Kajian mengenai Zaman Pleistosen dan Holosen

Kajian mengenai Zaman Pleistosen dan Holosen | Sejarah dicatat berdasarkan sumber-sumber yang menunjukkan adanya suatu peristiwa tertentu pada masa lalu. Sumber-sumber tersebut sebagai berikut.
  1. Sumber lisan, yakni keterangan langsung dari orang-orang yang mengalami atau mengetahui suatu peristiwa pada masa lalu.
  2. Sumber tulisan, yakni keterangan tertulis berupa catatan yang berasal dari suatu zaman, misalnya prasasti, dokumen, piagam, naskah, surat kabar, dan laporan.
  3. Sumber benda, yakni benda-benda yang berasal dari suatu zaman tertentu, misalnya bangunan, senjata, perkakas dari batu, patung, perhiasan, dan candi.
Masa sejarah dimulai sejak dikenalnya tulisan sehingga masa sebelumnya disebut juga masa pra-aksara. Karena itu, awal masa sejarah setiap bangsa tidak sama. Misalnya bangsa Mesir memasuki masa sejarah sejak abad ke-4 Sebelum Masehi (SM), karena pada masa itu mereka telah meninggalkan catatan peristiwa dalam huruf bergambar atau pictogram. Sementara bangsa Indonesia baru memasuki masa sejarah abad ke-4 Masehi (M) karena catatan tertua yang ditemukan di Indonesia berasal dari abad tersebut yaitu prasasti Yupa dari Kerajaan Kutai, Kalimantan Timur.

Ahli geologi menyebut masa dua juta tahun terakhir sebagai kuaternair yang dibagi menjadi Pleistosen (2 juta–10.000 tahun yang lalu) dan Holosen (10.000 tahun yang lalu hingga sekarang). Pada zaman ini terjadi beberapa perubahan iklim di seluruh dunia yang dinamakan glasial dan inter-glasial. Selama periode glasial, permukaan laut turun bahkan hingga 100 meter di bawah permukaan laut sekarang.

a. Perpindahan Hewan dan Manusia
Perubahan permukaan air laut pada masa glasial berdampak besar terhadap geografi fisik kepulauan Indonesia. Daerah luas Laut Cina Selatan dan Laut Jawa yang dangkal (Dataran Sunda) secara periodik menjadi daratan kering. Iklim (curah hujan dan pola musim) mengalami perubahan hebat selama zaman Kuaternair, begitu pula lingkungan alam (paleogeografi dan vegetasi).

Ketika laut surut, terciptalah jembatan darat antara daratan utama Asia Tenggara dan bagian barat Indonesia. Jembatanjembatan ini memungkinkan satwa mencapai bagian selatan Nusantara sampai Pulau Jawa. Melalui tahap-tahap zaman Kuaternair, jenis satwa mamalia di Pulau Jawa diperkaya dengan jenis-jenis baru. Fosil satwa paling tua, berumur sekitar 1,8 juta tahun, berupa proboskidian (sejenis dengan gajah modern), kuda nil, dan servida (tergolong rusa). Kemudian datang jenis mamalia herbivora lain serta beberapa jenis karnivora. Homo Erectus mungkin mencapai Pulau Jawa lebih dari satu juta tahun yang lalu.

Evolusi lingkungan purba tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan iklim. Gejala geologis seperti letusan gunung api juga membawa perubahan besar pada bentang darat. Letusan itu dari waktu ke waktu merusak vegetasi yang ada sehingga mengakibatkan terjadinya kolonisasi lereng gunung oleh tanaman perintis. Pada saat yang sama, gempa tektonis yang menyebabkan Pulau Jawa berbentuk seperti sekarang ini juga menimbulkan perubahan besar pada wajah bumi. Akibat surutnya air laut, hutan-hutan bakau dan rawa-rawa luas terbentuk di dataran rendah Jawa, tetapi kemudian hilang diterpa letusan gunung api dan pengikisan.

b. Manusia Pertama
Pichecanthropus adalah manusia pertama yang menyeberang ke daerah khatulistiwa menjadi penghuni Pulau Jawa. Evolusi manusia di Jawa berlangsung lebih kurang satu juta tahun. Manusia pertama harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sering berubah-ubah, yang kemungkinan besar sangat memengaruhi kehidupan dan kebudayaan mereka.

Demikian pembahasan mengenai Kajian mengenai Zaman Pleistosen dan Holosen, semoga dapat bermanfaat.

[Sumber rujukan : Suprihartoyo, Djuminah, Esti Dwi Wardayati. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial 1 : untuk SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
bse.kemdikbud.go.id]

0 Response to "Kajian mengenai Zaman Pleistosen dan Holosen"

Posting Komentar