Cinta Rasululloh SAW pada Ummatnya
Cinta Rasululloh SAW pada Ummatnya | Mekah berduka, detik-detik perpisahan degan Rasululloh tercinta melingkupi hati para sahabat. Dipembaringan Rasululloh saw ditemani putri tercinta, Fatimah Azzahra.
Ilustrasi : ukhuwah-linguabase.blogspot.com |
Tiba-tiba di luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam, bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tetapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk. “Maafkanlah, ayahku sedang demam”, kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu: Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah, “Siapa itu wahai anakku?” “tak tahu ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,”tutur Fatimah dengan lembut. Lalu Rasululloh menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan, sementara dialah yang memisahka pertemuan di dunia. Dialah malaikatul Maut, “kata Rasululloh, Fatimahpun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasululloh menanyaka mengapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian di panggil Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, menjelaskan hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasululloh dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, “kata Jibril.
Tapi itu tidak membuat Rasululloh lega, matanya masih penuh kecemasan, “Engkau tidak senang mendengar kabar ini? “tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan risau, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: “Kuharamkan Syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya, “kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan ruh Rasululloh ditarik. Seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini. “Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau memalingkan wajahmu Jibril?” tanya Rasulullah kepada malaikat Jibril. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal, “kata Jibril.
Sebentar kemudian Rasulullah menekik karena sakit yang tidak tertahan lagi. Ya Allah dasyat sungguh maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak mengatakan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah di antara kamu. “Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii, ummatii, ummatii” – “Umatku, umatku, umatku”
Dan, berahirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Mari kita renungkan kembali pengorbanan Rasulullah kepada umatnya, hal ini untuk menyadarkan kita betapa cintanya Allah dan Rasulnya mencintai kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
Sumber rujuakan : Buletin Da’wah Hidayah. Edisi 14 Mulud 1423H.
0 Response to "Cinta Rasululloh SAW pada Ummatnya"
Posting Komentar