Menyambung Silaturrahim Agar Hidup Tak Merugi

Menyambung Silaturrahim Agar Hidup Tak Merugi
4antum
Menyambung Silaturrahim Agar Hidup Tak Merugi | Allah SWT berfirman: “Dan tiada yang disesatkan Allah kecuali orang orang yang fasik, yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menuyambungnya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi” (QS. Al-Baqarah:26-27). Dalam ayat ini Allah menjelaskan di antara orang-orang merugi adalah mereka yang memutuskan hubungan yang diperintahkan-Nya untuk disambung, yakni hubungan silaturrahim. Bagi masyarakat kita idul fitri identik dengan silaturrahim halal bi halal, dan takziah. Semua itu merupakan kebiasaan baik, terutama bersilaturrahim.

Rasulullah SAW bersabda dari Abu Muhammad Jubair bin Mut’im r.a: “Tidak akan masuk syurga orang yang memutuskan” Sufyan berkata: “yakni yang memutuskan rahim atau tali persaudaraan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebaliknya orang yang merealisasikan silaturrahim akan memperoleh keuntungan seperti penjelasan Rasulullah SAW dalam hadistnya: “Barang siapa ingin diluaskan riskinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia bersilaturrahim” (HR. Muttafaq ‘Alaih).

Silaturrahim dan Pesan Moral Reformasi

Sesampainya Rasulullah SAW di tanah hijrah Yatsrib, beliau meninggalkan pesan-pesan yang sarat dengan nilai syariat yang menyejukkan hati dan menentramkan jiwa. Dalam catatan sirah nabawiah beliau saat itu dalam kejaran dan ancaman pembunuhan yang dilakukan para kufur sementara penduduk madinah siap membela beliau dan kuasa memberikan suaka politik kepada beliau yang terancam jiwa raganya, karena mereka telah berikrar dalam bai’at al-‘Aqobah. Mungkin dalam logika para politisi modern beliau meminta suaka politik tersebut dan menuntut pembelaan militer demi keselamatan diri beliau.ternyata yang terjadi tidak demikian, justru beliau meminta kepada penduduk madinah yang majemuk itu agar mereka saling dekat dan berkomitmen dengan moralitas sosial, hidup bersama secara harmonis dan penuh kasih sayang. Namun juga tidak melupakan hubungan dekat mereka dengan sang pencipta Robbul ‘Alamin.

Abdullah bin Salam meriwayatkan: Pesan pertama kali aku dengar dari Rasulullah SAW (sesampainya di Madinah) adalah beliau: “Sebarkan salam, berikan makanan (kepada yang membutuhkan), bersilaturrahimlah, lakukan shalat malam hari saat orang-orang tidur nyenyak”.

Rasulullah SAW yakin bahwa silaturrahim adalah kunci wujudnya persatuan dan kesatuan masyarakat yang majemuk di Madinah. Karenanya beliau meninggalkan pesan monumental ini kepada umatnya menuju perbaikan negara dan kesatuan bangsa.

Silaturrahim Rahma dan Ar-Rahman
Silaturrahim memiliki nilai dan kedudukan yang sangat tinggi dari Allah SWT, seperti yang dijelaskannya dalam sebuah hadist qudsi yang diriwayatkan Abdur-Rahman bin Auf dari Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT berfirman: “Aku adalah Allah, Aku ar-Rahman, aku ciptakan ar-Rahim, dari kata itu berasal salah satu namaKu. Barang siapa yang menyambung rahim itu (silaturrahim) maka Aku akan menyambungnya, tetapi siapa yang memutuskan rahim itu (silaturrahim) maka Aku akan memutuskannya” (HR Abu Daud dan Tirmizi, Hadist Hasan).

Dari satu riwayat wahyu ini saja sudah cukup untuk menegaskan nilai dan kedudukan silaturrahim, karena ternyata silaturrahim termbil dari salah satu asma’ dan sifat Allah ar-Rahman. Hal itu sekaligus menunjukakan bahwa silaturrahim efektif dan terencana akan memnculkan rasa kasih sayang, yang pada gilirannya mewjudkan kesatuan hati dan kesamaan langkah-langkah dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan menuju masyarakat dan bangsa sejahtera.

Lebih jauh lagi silaturrahim sebenarnya merupakan kewajiban agama, bahkan memutuskan hudungan silaturrahim bisa jatuh pada dosa besar, karena banyak pesan-pesan wahyu yang bernuansa ancaman dan peringatan keras terhadap orang-orang yang memutuskan hubungan silaturrahim.

Kedapa Siapa Silaturrahim Ditujukan
Dalam persfektif Islam terdapat 3 macam silaturrahim:
1. Silaturrahim umum, yaitu silaturrahim karena kesatuan agama. Silaturrahim ini wajib dilakukan dengan menunaikan hak dan kewajiban baik yang bersifat fadhu atau anjuran (sunnah). Silaturrahim ini dilakukan dengan cinta dan kasih, saling menasehati, amar makruf nahi munkar dan lain-lain.
2. Silaturrahim khusus, yaitu silaturrahim kepada kerabat, ibu, bapak, saudara kandung, kakek nenek, paman, cucu dan seterusnya. Silaturrahim ini dilakukan dengan memberikan perhatian kepada mereka, membantu moril dan materil, santun dan semua sikap yang memberikan pencerahan dan kemaslahatan mereka.
3. Silaturrahim dengan kerabat non muslim, dengan cara memberikan kebajikan dan bersikap ihsan. Suatu saat Asma binti Abu Bakar memperoleh hadiah dari ibunya qatilah, namun asma menolak hadiah tersebut karena ibunya masih musyrik. Melihat kejadian ini Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW. Kemudian turunlah ayat 8 surat al-Mumtahanah (Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil).

Lebih tegas lagi Allah menyatakan, bahwa kebaikan dan kesejukan Islam hendaknya dirasakan oleh seluruh alam semesta, tidak hanya oleh orang Islam sendiri, tidak hanya oleh umat manusia saja, tetapi seluruh alam semesta merasakan dan memperoleh kebaikan dan air kesejukan Islam.

Bentuk-Bentuk Dan Buah Silaturrahim
Bentuk silaturrahim banyak sekali, yang pada intinya semua aktifitas yang membuat hubungan kita dengan orang lain intim dan harmonis, dan juga mampu menghilangkan kebencian dan permusuhan satu sama lain.
Bentuk tersebut antara lain: menyantuni, membantu, menanyakan keadaannya, saling berkunjung, memaafkan kesalahan dan kekhilafan, mengingatkan, menerima dan memberi nasihat, menyenangkan hati, memenuhi permintaanya, meringankan kesulitannya dan sebagainya.

Bentuk-bentuk tersebut jika dilakukan secara terencana dan efektif, artinya silaturrahim itu dilakukan dengan niat dan tekad serta motivasi bersih, juga dilakukan dengan cara terprogram dengan baik, sehingga tidak terkesan emosional. Hal ini penting karena silaturrahim merupakan isyarat Islam yang mesti direalisasikan dengan ihsan (baik), agar memberikan dampak dan hasil yang baik pula.

Dengan silaturrahim diharapkan perolehan keberkahan dalam rizki dan umur dalam ketaatan. Silaturahim menumbuhkan kasih sayang antar sesama, karena dengan silaturrahim perkenalan terjalin, saling tukar pikiran, tukar pengetahuan dan pengalaman, saling menasehati dan mengingatkan, membantu saat kesulitan dan sebagainya. Akhirnya silaturrahim yang efektif dan kontinyu akan melahirkan kesatuan yang dimulai dengan kesatuan hati, kesatuan pemikiran, sehingga mewujudkan kesatuan sikap dan kerja-kerja konstruktif dan produktif.

Sumber: Buletin Da’wah Hidayah. Dengan judul Menyambung Silaturrahim Agar Hidup Tidak Merugi. Edisi 5 Ramadhan-Syawal 1432 H.

0 Response to "Menyambung Silaturrahim Agar Hidup Tak Merugi"

Posting Komentar